Hujan turun banjir pun
datang, begitulah fenomena yang kini terjadi di beberapa daerah di negeri kita
ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang selalu khawatir akan datangnya
banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air di musim kemarau menjadi
masalah yang serius dari tahun ke tahun. Banjir menjadi agenda tahunan bagi
warga yang tinggal didaerah pinggiran sungai. Namun jangan heran, dataran yang
jauh dari sungai pun kini sudah tidak luput dari banjir. Akhir-akhir ini,
banjir tidak lagi terjadi di daerah pinggiran sungai saja, namun banjir terjadi
juga di daerah dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah kehilangan
fungsinya dalam menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan dan
pembangungan gedung dan perumahan yang tidak ramah lingkungan.
Mengolah sampah dengan
benar. Tidak membuang sampah ke sungai atau ke jalanan, juga dapat mengurangi
bahaya banjir. Jika sampah dibuang sembarangan, sampah dapat menyumbat
saluran-saluran air yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan
membuat sumur resapan adalah cara yang terbaik untuk daerah perkotaan. DKI
Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi warganya untuk membuat sumur resapan
melalui SK Gubernur DKI nomor 17 Tahun 1992, yang telah dijadikan Perda no.
17/1996, isinya mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur resapan. Namun karena
biaya pembuatan yang cukup mahal, maka kebanyakan warga DKI tidak melaksanakan
aturan perda tersebut. Itu salah satu sebab mengapa banjir selalu terjadi dan
semakin parah saja setiap tahunnya.
Kesadaran masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menanggulangi banjir sangat memegang peranan penting.
Kurangnya kepedulian warga dan lemahnya peran pemerintahan menjalankan
peraturan yang ada, memicu masalah banjir semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal
didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta diharapkan akan mengurangi terjadinya banjir
dimasa mendatang. Namun pembangunan kanal tersebut tidak menjamin bahwa banjir
tidak akan terjadi. Kepedulian warga tetap memegang peranan penting dalam
mencegah banjir. Tanpa ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir sudah
dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru,
dengan biaya cukup murah, untuk mengatasi banjir ini adalah dengan mebuat
lubang resapan Biopori di dalam tanah. Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir
Raziudin Brata MSc, peneliti dan dosen Department Limu Tanah dan Sumber Daya
Alam IPB tahun 1976. Sebelum disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah
memakainya selama 20 tahun lebih di lingkungan rumahnya.
Biopori sendiri merupakan
pori-pori berbentuk lubang (terowongan) yang terbentuk oleh aktivitas organisme
tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan menciptakan
rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut
akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang
seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah
untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam
meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan
tanah. Dengan kata lain akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi.
Karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah.
Cara ini boleh dibilang
murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan membuat sumur resapan yang
memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang cukup besar. Lubang Biopori bisa
dibuat dimana saja gedung perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir,
halaman rumah terutama di sekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan
juga bisa dibuat di dasar parit. Dengan alat yang sederhana, pembuatan lubang
biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Sumber :
0 comments:
Post a Comment