Pertempuran Laut Jawa adalah pertempuran laut yang utama dalam kampanye Pasifik selama Perang Dunia II. ALSekutu mengalami kekalahan telak di tangan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tanggal 27 Februari 1942, dan dalam aksi-aksi sekunder selama beberapa
hari berturut-turut . Komandan American-British-Dutch-Australian Command (ABDA), Laksamana Karel Doorman terbunuh. Buntut dari perang itu termasuk beberapa
aksi kecil di sekitar Jawa, termasukPertempuran Selat Sunda yang
lebih kecil namun berarti. Ini merupakan pertempuran permukaan terbesar sejakPertempuran Jutlandia dalam Perang Dunia I.
Latar Belakang
Serangan Jepang ke Hindia Belanda berkembang dengan cepat
dari koloni mereka di Kepulauan
Palau dan Jepang merebut markas di Sarawak dan Filipina
Selatan. Mereka menaklukkan sejumlah markas di Kalimantan Timur danSulawesi Utara. Sementara konvoi pasukan,
yang dikawal kapal perusak dan penjelajah dengan
dukungan udara oleh pesawat tempur yang beroperasi dari pangkalan yang telah
ditaklukkan, berlayar ke selatan melalui Selat Makassar dan keLaut Maluku. Untuk melawan penyerang itu
hanya ada kekuatan kecil, yang sebagian besar terdiri atas kapal perangAmerika Serikat dan Belanda, yang sebagian besar peninggalan
Perang Dunia I, di bawah komando Laksamana Thomas
C. Hart.
Kapal penjelajah Haguro (di gambar) menenggelamkan HNLMS De Ruyter, membunuh
Laksamana Karel Doorman.
Pada
tanggal 23 Januari 1942,
4 kapal perusak AS menyerang konvoi
Jepang di Selat Makassar saat mendekatiBalikpapan di Kalimantan. Pada tanggal 13 Februari, dalam Pertempuran
Palembang, Sekutu tak berhasil mencegah Jepang menduduki pelabuhan
minyak utama di Sumatera bagian
timur. Pada malam 9-20 Februari, sebuah angkatan Sekutu
menyerang Armada Invasi Timur di lepas Bali dalam Pertempuran
Selat Badung. Juga pada tanggal 19 Februari,Armada Udara Pertama Jepang, di bawah Laksamanan Chuichi Nagumo, menyerang dan menghancurkan
pelabuhan diDarwin, Australia utara hingga tak mampu
berfungsi sebagai markas suplai dan laut untuk mendukung operasi di Hindia
Timur.
Ketika
pertempuran akan mulai, Sekutu jauh lebih lemah. Mereka terpecah belah
(kapal-kapalnya berasal dari 4 negara terpisah) dan moral pelautnya rendah
karena serangan udara yang konstan dan rasa takut karena mengira Jepang sulit
untuk dikalahkan. Selain itu, koordinasi antara AL dan AU Sekutu lemah.
Pertempuran
Pasukan
pendarat Jepang
berkumpul untuk menyerang Jawa, dan pada tanggal 27 Februari 1942, AL American-British-Dutch-Australian Command (ABDACOM) utama, di bawah Doorman,
berlayar ke arah timur laut dari Surabaya untuk mencegat konvoi Angkatan Invasi
Timur yang sedang mendekat dari Selat Makassar. Armada ABDA terdiri atas 2 kapal penjelajah berat (HMS Exeter, USS Houston) dan 3 kapal penjelajah ringan (Hr. Ms. De Ruyter (kapal pemimpin Doorman), Hr. Ms. Java, HMAS Perth), dan 9 kapal perusak (HMSElectra, HMS Encounter, HMS Jupiter, Hr. Ms. Kortenaer, Hr. Ms. Witte de With, USS Alden, USS John D. Edwards, USS John D. Ford, dan USS Paul Jones.
Konvoi Jepang itu dikawal oleh 2 kapal penjelajah berat (Nachi, Haguro) dan 2 kapal penjelajah ringan (Naka, Jintsu) dan 14 kapal perusak (Yudachi, Samidare, Murasame, Harusame, Minegumo, Asagumo, Yukikaze, Tokitsukaze, Amatsukaze, Hatsukaze,Yamakaze, Kawakaze, Sazanami, dan Ushio) di bawah komando Laksamana Muda Shoji Nishimura. Kapal penjelajah berat
Jepang jauh lebih kuat, dipersenjatai dengan masing-masing 10 senapan 8 inci
(203 mm) dan torpedo yang
hebat. Exeter hanya dipersenjatai dengan 6 dari
senapan itu. Sedangkan Houston membawa 9 senapan 8 inci, hanya 6 yang
masih dapat dipakai setelah menara meriam di buritan telah dilumpuhkan di
serangan udara yang lalu.
Angkatan ABDA melawan Jepang di Laut Jawa, dan perang merebak secara
terputus-putus dari tengah hari ke tengah malam karena Sekutu mencoba mencapai
dan menyerang kapal pengangkut penumpang di armada invasi Jawa, namun mereka
dipukul mundur oleh daya tembak yang hebat. Sekutu memiliki keunggulan udara
setempat selama jam-jam di siang hari, karena kekuatan udara Jepang tak dapat
mencapai armada itu dalam cuaca buruk. Cuaca seperti itu juga menghambat komunikasi,
membuat kerja sama di antara sejumlah pihak Sekutu yang terlibat — dalam
pengintaian, lindungan udara dan markas armada — malahan memburuk daripada
sebelumnya. Jepang juga mengganggu frekuensi radio. Exeter adalah satu-satunya kapal dalam
pertempuran itu yang diperlengkapi dengan radar, teknologi yang muncul pada masa itu.
Pertempuran itu terdiri atas serangkaian percobaan lebih dari 7 jam oleh
Angkatan Serangan Gabungan Doorman untuk mencapai dan menyerang konvoi penyerbu
itu; masing-masing ditolak telak oleh angkatan pengawal dengan kekalahan berat
yang dipanggul pihak Sekutu.
Armada itu bertemu satu masa lain sekitar pukul 16:00 pada tanggal 27 Februari dan dekat ke jarak tembak, mulai
menembak pada pukul 16:16. Kedua belah pihak menunjukkan kecakapan penggunaan
meriam dan torpedo yang rendah selama fase awal pertempuran ini. Satu-satunya
contoh terkemuka penggunaan meriam ini adalah Exeter yang dibuat rusak parah dengan
tabrakan di ruang ketel oleh granat 8 inci. Kapal itu kemudian berjalan
terseok-seok ke Surabaya, dikawal oelh Witte
de With. Jepang melincurkan 2 salvo torpedo besar berjumlah 92, namun hanya
mencetak 1 hantaman ke Kortenaer yang dihantam oleh Laras Panjang, pecah menjadi 2 dan
tenggelam dengan cepat setelah hantaman itu. Electra,
yang melindungi Exeter,
terlibat duel dengan Jintsu dan Asagumo,
mencetak beberapa hantaman namun menderita kerusakan parah pada bangunan bagian
atasnya. Setelah tembakan serius yang dimulai di Electradan menara kecilnya yang
tersisa kehabisan amunisi, perintah meninggalkan kapal diserukan. Di pihak
Jepang, hanya Asagumo yang terpaksa mundur karena rusak.
Armada Sekutu terpecah dan pergi sekitar pukul 18:00, ditutupi oleh tabir
asap yang diciptakan oleh 4 kapal pemburu US Destroyer Division (DesDiv) 58.
Mereka juga melancarkan serangan torpedo namun kisarannya untuk efektif terlalu
lama. Angkatan Doorman berbalik ke selatan menuju pesisir Jawa, kemudian ke
barat dan ke utara untuk mencoba menyelamatkan diri dari kelompok pengawal
Jepang namun terperangkap oleh konvoi itu. Di saat itulah kapal-kapal DesDiv 58
yang torpedonya dikeluarkan meninggalkan rencananya sendiri untuk kembali ke
Surabaya.
Segera setelahnya, pada pukul 21:25, Jupiter terkena ranjau dan tenggelam,
sedangkan sekitar 20 menit kemudian, armada itu melewati tempat di mana Kortenaer tenggelam lebih dulu, dan Encounter ditugaskan untuk mengangkut yang
selamat. Komando Doorman, kini berkurang ke 4 kapal penjelajah, kembali
menghadapi kelompok pengawal Jepang pada pukul 23:00; kedua pasukan itu saling
menembak di kegelapan dalam kisaran panjang, hingga De Ruyter dan Java tenggelam, oleh salvo laras panjang yang menghancurkan. Doorman dan
sebagian besar krunya tenggelam dengan De
Ruyter; hanya 111 orang yang diselamatkan dari kedua kapal itu. Hanya kapal
penjelajah Perth dan Houston yang tersisa; kekurangan bahan bakar
dan amunisi, dan menyusul perintah terakhir Doorman, kedua kapal itu mundur,
tiba di Tanjung
Priok pada tanggal 28 Februari.
Meski armada Sekutu tak mencapai armada penyerang, pertempuran itu betul-betul
memberikan penyerang Jawa itu istirahat sehari.
Sumber : http://id.wikipedia.org
0 comments:
Post a Comment